ASSALAMU''ALAIKUM WR. WB,, 'jangan sampai ikesedihanmu membuatmu lupa tuk tersenyum kawaaan. . . . ^_^
RSS

Pages

info bahasa



Did you know ??

Dibandingkan dengan bahasa-bahasa Eropa, bahasa Indonesia tidak banyak menggunakan kata bertata bahasa dengan jenis kelamin. Sebagai contoh kata ganti seperti “dia” tidak secara spesifik menunjukkan apakah orang tersebut laki-laki atau perempuan. Hal yang sama juga ditemukan pada “adik” dan “pacar” sebagai contohnya. Untuk lebih menelaah secara gender, sebuah kata sifat harus ditambahkan, “adik laki-laki” sebagai contohnya.
Ada juga kata yang bergender, seperti contohnya “putri” dan “putra”. Kata-kata seperti ini biasanya diserap dari bahasa lain (diserap dari bahasa Sansekerta melalui bahasa Jawa kuno)
unakan Untuk mengubah sebuah kata benda menjadi bentuk jamak digunakan reduplikasi, tapi hanya jika jumlahnya tidak diimplikasikan dalam konteks. Sebagai contoh, “seribu orang” dipakai alih-alih “seribu orang-orang”. Reduplikasi juga mempunyai banyak fungsi lain, tidak terbatas pada kata benda.
Bahasa Indonesia menggunakan “kami” dan “kita”. “Kami” adalah kata gnti eksklusif yang berarti tidak termasuk sang lawan bicara, sedangkan “kita” adalah kata ganti inklusif yang berarti kelompok orang yang disebut termasuk lawan bicara.
Susunan kata dasar adalah Subjek – Predikat – Objek (SPO) walaupun susunan kata lain juga mungkin. Misalnya, kalimat Adi membeli sepatu merupakan susunan kalimat dasar berpola SPO, dan Ayah bekerja di luar kota merupakan susunan kata berpola SPK. Bahasa Indonesia juga tidak mengenal kata (tense). Waktu dinyatakan dengan menambahkan kata keterangan waktu (seperti, “kemarin” atau “besok”), atau indicator lain seperti “sudah” atau “belum”.
Dengan tata bahasa yang cukup sederhana bahasa Indonesia mempunyai kerumitannya sendiri, yaitu pada penggunaan imbuhan yang mungkin akan cukup membingunkan bagi orang yang pertama kali belajar bahasa Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar